Selama 350 tahun Indonesia dijajah oleh Belanda, mulai dari oleh perusahaan dagang bernama VOC hingga pada pemerintahannya sendiri yakni Hindia Belanda (Nederlands Indie). Sejumlah literasi menyebutkan bagaimana kejinya pemerintahan Belanda menjajah Indonesia. Tapi,pernahkah kita menyadari bahwa setidaknya ada beberapa hal positif yang diperoleh Indonesia melalui sisa-sisa penjajahan Belanda yang salah satunya adalah pendidikan?
Menilik kembali sejarah pendidikan Indonesia, pendidikan formal Indonesia dimulai pada awal abad ke-20. Pada awal 1900-an ini di kalangan Belanda muncul orang-orang yang ingin memberikan keuntungan kepada negara jajahan Belanda, termasuk Indonesia. Salah satu orang yang ada dalam kalangan ini adalah Van Deventer, yang pada 1899 menjabat sebagai Gubernur Hindia Belanda mencetuskan moto “Hutang Kehormatan” atau de Eereschuld. Moto ini dikenal sebagai Politik Etis (Etische Politiek) yang satu diantara tiga program Plotik Etis adalah upaya mencerdaskan negara jajahan melalui pendidikan berasaskan negara yang menjajah.
Di bawah jajahan Belanda, pada 1900 di Indonesia mulai banyak bermunculan sekolah-sekolah berbasis Barat yang bertujuan memperbaiki kehidupan pribumi melalui sistem Barat. Sebagai pencetus sekolah pribumi di masa penjajahan Belanda, Van Deventer menghimbau kepada pemerintahan Belanda bahwa pemeroleh pendidikan tidak sebatas pada pribumi golongan aristokrat. Akan tetapi, menurut Deventer, pribumi golongan bawah juga perlu memperoleh pendidikan.
Berdasarkan gagasan Van Deventer inilah, muncul sekolah-sekolah untuk rakyat biasa yang menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantarnya. Meskipun tidak sebaik pendidikan untuk kalangan pribumi aristokrat, pendidikan yang diterima rakyat biasa dapat dikatakan sangat layak. Dengan tujuan tersirat bahwa pendidikan yang dibangun Belanda di Indonesia guna mendapatkan tenaga kerja yang murah dan terlatih, Belanda tetap memberikan kontribusi besar pada perkembangan pendidikan dan ketenagaan Indonesia untuk tahun-tahun selanjutnya.
Hasil Komisi Pendidikan Indonesia Belanda (1928-1929), dari sekian banyak pribumi yang menerima pendidikan dari pemerintahan Belanda, 2 % di antaranya mampu berdiri sendiri dalam artian membuat usaha dan lapangan pekerjaan sendiri, lebih dari 83 % darinya menjadi tenaga bayaran, dan hanya sekitar 10-15 % sisanya yang menganggur. Berdasarkan data di atas dapat dikatakan bahwa pendidikan yang dicetuskan Belanda di Indonesia mampu membawa Indonesia pada dunia enterpreneur dan ketenagakerjaan.
Berkat pendidikan yang rintis Belanda, para pemuda Indonesia mula membuka wawasan akan apa saja yang terjadi di luar. Dampaknya, pendidikan yang dirintis Belanda justru mengantar pemuda Indonesia pada pemikiran perlu adanya cita-cita kebebasan dari penjajahan menuju gerbang kemerdekaa. Melalui pendidikan yang dirintis Belanda, lahirnya pemuda-pemuda yang dikenal sebagai penggerak kemerdekaan nasional. Dengan demikian, pendidikan Indonesia yang dirintis Belanda secara tidak langsung sejatinya telah mengantarkan Indonesia pada kemajuan dan perubahan yang lebih baik. Semangat perubahan, belajar dan bekerja, kebebasan, dan terbukanya pemikiran pemuda Indonesia di bawah didikan Belanda menjadi salah satu dampak positif sekaligus pencetusan kemerdekaan nasional. Selain itu, sistem dan struktur pendidikan Indonesia sampai saat ini merupakan hasil dari adaptasi pendidikan Belanda.
Berdasarkan tulisan di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak semua yang dilakukan Belanda selama masa penjajahannya di Indonesia membawa dampak negatif. Dampak positif kebijakan Belanda di masa penjajahannya adalah pendidikan yang rintis Belanda mengantarkan Indonesia kepada keterbukaan pada wawasan dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, terbuka pulalah pemikiran bangsa Indonesia untuk meraih kebebasan dan merdeka secara nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar